Senin, 30 September 2013


Namaku Carisa Candra Putri, dipanggil Risa, umurku 16 tahun. Aku anak tunggal dari kedua orang tuaku. Sekarang aku duduk dibangku kelas 3 SMP N 1 Pancasila. Pramesti, Dhani, Tia itulah sahabat karibku. Kita juga satu kelas, anak-anak pada bilang kalau kita itu kelompok rempong. Aku sendiri tidak tahu kenapa bisa dibilang rempong. Sebentar lagi kita akan menghadapi Ujian Nasional. Kita juga sering belajar bersama, bahkan kita sering curhat dengan kisah kita masing-masing. Dari sekelompok kami Tia lah yang paling pintar. Orang tuaku yang bekerja sebagai swasta juga senang jika aku bergaul dengan mereka. Mereka sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. Diantara kita sering terjadi salah paham satu sama lain, namun setiap permasalahan pasti dapat diselesaikan secara kepala dingin. Diantara kita yang paling pemarah adalah Dhani. 

Aku punya teman laki-laki yang sangat dekat denganku, namanya Dika. Dia kelas 2 SMK di SMK N 1 Pancasila. Aku dengan dia hanya sebatas teman tidak lebih. Tetapi teman-temanku selalu beranggapan kalau Dika pacarku, mungkin kedekatanku dengan dia.

Senin pagi ini aku duduk di depan rumah ditemani secangkir kopi vanilla latte.
“Tumben kamu minum kopi. Biasanyakan teh panas nak , kenapa ?” tanya Ibu padaku.
“ Tidak apa-apa bu, lagi pengen minum kopi saja biar mata ini tambah melek. Hehe” jawabku sambil tersenyum.
“Risa Risa kamu itu.” Jawab Ibu sambil geleng-geleng.
Kemudian aku masuk rumah lau mandi. Setelah itu aku bersiap-siap berangkat sekolah. Aku mengeluarkan sepeda ontelku. Ternyata Pramesti  sudah menungguku di seberang jalan. Kita sering berangkat bersama kita juga satu Desa. Diperjalanan aku melihat anak-anak SMK Pancasila pada nongkrong di depan gerbang sekolahan. Pramesti mulai bawel.
“Ris lihat itu, cakep-cakep ya!” kata Pramesti sambil melihat anak-anak SMK Pancasila.
“Biasa saja! Sudah jangan dilihatin terus aku malu sendiri mes !” jawabku sadis.
Sesampainya disekolahan ternyata kita sudah terlambat. Memang aku sering datang terlambat, guru BP saja sampai hafal sama aku. Hari ini kelas 9 jadwalnya Ujian Praktik Akhir Sekolah, kelasku ujian praktik seni musik. Selesai ujian praktik aku langsung pulang. Tapi anak-anak pada main ke rumah Imah anak kelas 9B yang rumahny tidak jauh dari sekolah.
Sampai di rumah, ternyata tidak ada orang, daripada dirumah tidak ada teman aku langsung bersepeda ke rumah Imah. Di depan rumah Imah ada anak laki-laki sekitar 6 orang SMKN 1 Pancasila pada PKL (Praktik Kerja Lapangan).
“Ris kamu pilih yang mana ?” tanya Dhani padaku.
“Aku tidak milih Dan. Ngapain milih-milih, belum tentu dia milih aku kok!” jawabku.
“Duh Risa kamu kok sadis sekali ? haha” saut Tia.
Aku Cuma diam saja. Aku malu anak-anak pada cari perhatian mending aku pulang tidur.
Keesokan harinya aku disekolah mendengar kabar kalau Pramesti jadian sama salah satu anak yang PKL di depan rumah Imah. Aku penasaran anaknya yang suka sama Pramesti. Katanya namanya Putra.
Saat anak-anak pada nongkrong di warung depan sekolah, tiba-tiba lewat dua anak laki-laki memakai sragam praktik SMKN 1 Pancasila.
“Loh itukan Putra !!” seru Pramesti sambil jingkrak-jingkrak tidak karuan.
“Ohh itu ya yang namanya Putra! Maklum orang lagi kasmaran pasti berdebar-debar hatinya seperti melihat surga.” Aku ngomong sendiri sambil melamun.
Entah apa yang aku rasakan, ketika aku melihat Putra serasa ada yang aneh. Serasa aku ingin mengenal dia lebih dekat. Namun aku tahu dia milik sahabatku sendiri. Padahal Putra belum pernah empat mata sama Pramesti, hanya jarak jauh. Sejak itu aku pulang pergi kemana saja fikiranku selalu ada yang namanya Putra.
Malam Kamis aku dirumah sendiri tiba-tiba Pramesti datang. Dia curhat padaku tentang hubungannya sama Putra.
“Ris kenapa ya baru 2 hari aja aku jadian sama Putra sudah seperti ini ?” tanya Pramesti kepadaku.
“Memangnya kenapa sih mes?” tanyaku .
“Putra dari kemarin sore aku sms tidak dibalas, aku telfon pun juga tidak diangkat” jawab Pramesti.
“Mungkin dia tidak punya pulsa atau hpnya rusak. Kamu coba aja sms pakai hpku.” Kataku sambil mengasihkan hp.
Ternyata smsnya dibalas sama Putra. Tetapi sms Pramesti di hpnya tidak dibalas juga.
Keesokan harinya Pramesti sudah putus sama Putra. Didalam hatiku seneng masih ada harapan buat dekat sama Putra. Bukan maksudku menikam Pramesti sahabatku sendiri dari belakang.
“Kenapa putus Mes?” tanyaku kaget.
“Akuy tidak mau digantung terus Ris!” jawab Pramesti.
“Ya sudah kamu yang sabar saja ya Mes, mungkin bukan jodohmu!” kataku pelan.
Malam harinya tiba-tiba ada sms “Risa” aku jawab dengan penuh penasaran siapa yang sms aku. Ternyata Putra yang sma, aku tidak tahu karena nomernya tidak ku simpan. Aku senang dia sms aku. Aku jadi bingung kenapa hatiku berdebar-debar dan tubuhku mulai panas. Kenapa aku jadi suka sama Putra, padahal dia mantanya sahabtku sendiri masih sayang lagi Pramestinya. Diam-diam aku menyimpan perasaan ini sendiri.
Setiap hari Putra sms aku, bahkan setiap malam sehabis isya’ dia telfon aku. Putra orangnya sangat perhatian, bahkan hatiku luluh sama dia. Padahal baru kenal 1 minggu yang lalu. Semakin hari semakin aku yakin kalau aku punya perasaan sayang sama Putra. Sebagian temanku sudah tau kalau aku suka sama Putra, tapi mereka diam tidak ember.
“Ris ingat ya, kamu udah punya Dika yang setia selalu ada buat kamu.” Haha kata Dhani sambil tertawa.
“Apa sih kamu itu, aku sama Dika Cuma teman tidak lebih!” jawabku ketus.
“Bener nih , tidak nyesel kalau Dika suka sama orang lain?” tanya Tia.
“Tauklah !!” jawabku sambil mainan hp.
Memang Dika sudah lama mengejar-ngejar aku untuk jadi pacar dia, tapi aku tidak sayang sama dia. Dika sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.
Bel istirahat berbunyi, aku dan teman-teman nongkrong di tempat biasa, warung Mbak Jumil depan sekolahan.
“Ris, aku boleh tanya nggak.” Tanya Pramesti padaku.
“Boleh. Mau tanya apa Mes?” jawabku.
“Apa benar ya kamu suka sama Putra?” tanya Pramesti.
“Hah, Putra siapa? Mantanmu itu ya? Emang aku baru dekat sama dia, tapi kita Cuma berteman kok. Kamu cemburu ya. hehe” jawabku.
“Ohh baru dekat ya. Eggak kok, Cuma tanya aja. Aku juga sudah tidak suka sama dia.” Kata Pramesti.
Saat itu anak-anak pada diam. Mereka cuma tersenyum melihatku. Bel masuk sudah berbunyi, kami melanjutkan pelajaran.
Malam hari aku duduk dibelakang rumah, sambil melihat bulan ditemani secangkir kopi hangat buatan Ibu. Indah malam mengingatkanku pada Putra. Kenapa Dia seharian tidak ada kabar seperti biasanya yang setiap jam sms aku. Tepat pukul 21.00, hpku berbunyi ada telfon yang nomornya dipribadi. Aku angkat, sepertinya aku kenal suara orang yang menelfonku, ternyata Putra.
Pertamanya sih basa-basi, lama-lama perasaanku sudah tidak karuan. Putra orangnya lucu. 2 jam kita berbincang-bincang lewat telfon penuh dengan canda tawa. Aku semakin sayang. Tapi aku takut kalau Putra tidak punya perasan yang sama denganku. Tiba-tiba Putra nyanyi lagunya wali yang baik-baik sayang.
“Hanya satu pintaku untukmu dan hidupku baik-baik sayang aku ada untukmu. Semua keinginan akan aku lakukan sekuat semampuku sayang.... karena bagiku kau kehormatanku dengarkan-dengarkan aku......”
Aku mendengar Putra nyanyiin aku lagu itu aku nangis perlahan, aku rasakan sampai dalam hati.
“Ris aku sayang sama kamu” kata Putra.
“Hah, kalau bercanda jangan kelewatan dong Tra, jadi malu ini.. ” jawabku pura-pura bercanda, padahal aku juga sayang.
“Benar Ris, mau ngaak jadi pacarku? Baru kenal 2 mingguan kamu sudah bisa membuat hatiku senang Ris..” kata Putra.
“kalau boleh jujur ya Tra, sejak pertama aku ketemu kamu, aku sudah punya rasa suka sama kamu, tapi aku diam karena kamu pacarnya sahabtku sendiri.”jawabku.
“Aku sama Pramesti tidak suka beneran, aku dekat sama dia cuma untuk dekatin kamu Ris.” Kata Putra.
“Beneran Tra?” tanyaku.
“Iya, kamu mau kan jadi pacarku?” tanya Putra.
“Aku mau jadi pacarmu, tapi jangan buat aku kecewa ya Tra .” jawabku,
“Iya sayang aku janji. eemmmmuuuaacch” kata Putra.
“Oke dahh. hehe” jawabku senang.
“Kok kiss ku tidak dibalas?” tanya Putra.
“Hehe, aku malu e.” Jawabku
“Ya udah kamu bobok dulu aja sana udah malam besok sekolah kan..”suruh Putra padaku.
“Iya e, ya udah dilanjut smsan dulu aja ya” jawabku.
“Iya Risa sayang” jawab Putra.
Lalu aku matiin telfonnya. Aku seneng banget bisa jadi pacarnya Putra. Ternyata Dia punya perasaan yang sama denganku.
Keesokan harinya disekolah. Anak-anak membaca kotak pesan masukku. Mereka tahu kalau aku sudah jadian sama Putra. Saat pelajaran matematika, tiba-tiba Pramesti mengajak aku ke toilet.
“Ris kamu jadian sama putra ya?” tanya Pramesti  sambil nangis.
“Iya aku sama Putra, hla gimana? Kamu masih sayang ya sama dia, ya sebelumnya aku minta maaf. Aku tidak maksud buat menikam kamu dari belakang. Kemarin katanya kamu sudah nggak sukakan sama Putra?” jawabku.
“Iya memang, tapi sebenarnya aku masih sayang sama Putra.. ya udah kalau kamu sayang sama dia tolong jaga dia ya, jangan buat dia kecewa. Semoga bisa langgeng.” Kata Pramesti sambil nangis
“Iya aku sayang beneran, aku jagain dia kok. Makasih ya.” Kataku
“iyaa” jawab Pramesti
Kita lalu masuk kelas. Aku critain lewat sms semua ini kepada Putra. Tapi Putra sudah tidak mau ada urusan lagi sama Pramesti.
Beberapa hari kemudian. Pramesti kalau sama aku jadi diam. Biasanya selalu curhat. Dia juga diam sama anak-anak. Padahal kita biasa saja sama dia. Bahkan Pramesti berfikir kalau anak-anak pada benci sama dia. Padahal tidak sama sekali.
Pramesti didepanku tidak menjelek-jelekkan aku. Ternyata dibelakang ngomong sama anak kelas lain kalau aku makan teman. Aku cuek saja, terserah dia mau ngomong apa tentang aku. Yang jelas aku dekat sama Putra saat Pramesti sudah putus sama Putra.
Beberapa hari kujalani dengan Putra. Setiap sore sepulang dia PKL selalu ketemu di warung Mbak Jumil. Dan Pramestipun masih diam sama aku. Tapi sudah tidak sediam dulu.
Kata Tia Pramesti sudah punya pacar baru, namanya Inun. Setelah dia punya pacar Inun, dia minta maaf sama aku.
“Ris aku mintya maaf  kemarin sudah diam sama kamu dan anak-anak,” kata Pramesti.
“Iya nggak apa-apa, santai saja kawan. hehe” jawabku.
Sekarang aku, Pramesti, Tia, dan Dhani sudah tidak ada kesalah pahaman lagi.  Kita bermain bersama, belajar bersama dan saling curhat tentang apa yang dirasakan.
Ujian Nasional sudah kita lewati, tinggal nunggu pengumuman minggu depan pada tanggal 2 Mei.
            Hari kelulusan Sekolah Menengah Pertama. SMPN 1 Pancasila lulus 100%. Kita berempat mendapat nilai yang cukup memuaskan. Setelah pengumuman kita ikut konvoi sama anak-anak SMP N Pancasila angkatan kita.
            Setelah beberapa Minggu setelah kelulusan. Pendaftaran SMA/SMK telah dibuka. Kita berempat dapat diterima disekolah yang kita inginkan. Tidak ada yang satu sekolahan, semua berbeda.
            Bersama mereka 3 tahun aku dapat merasakan persahabatan yang penuh makna. Aku dapat tumbuh menjadi dewasa, saling menegur satu sama lain. Terimakasih buat kawan-kawanku yang selalu ada buat aku. Maaf jika selama ini  kalian dongkol sama aku. Buat Pramesti makasih kedewasaanmu, buat Tia sama Dhani tetap semangat walau jadi jomblo sejati. Dan aku menjalani sebuah hubungan denganPutra. Untuk  kawan-kawan SMPN 1 Pancasila’012 terimakasih canda tawa kalian yang sudah bersamaku selama 3 tahun.

Selesai
citra khoirina








0 komentar:

Posting Komentar